PERBANDINGAN DONGENG SEMANGKA
EMAS DENGAN DONGENG
SHITA KIRI SUZUME ( BURUNG PIPIT YANG TERPOTONG LIDAHNYA) DENGAN MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL
Jumi Larasati (A310110014) dan Diah Ayu Probo L (A310110022)
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
ABSTRAK
Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini
adalah kajian perbandingan antara Dongeng Semangka Emas dari Sumatra Barat dengan Shita Kiri
Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui unsur-unsur pembangun dari kedua dongeng tersebut yang meliputi
tema, penokohan, alur, seeting, sudut pandang, dan amanat. Penelitian di awali
dengan menganalisis struktur dongeng Semangka Emas dan dongeng Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang
Terpotong Lidahnya), selanjutnya dicari apakah
terdapat kesamaan dan perbedaan struktur pembangun dari kedua dongeng tersebut.
Kajian ini lebih menekankan pada unsur-unsur pembangun dari kedua dongeng, jadi
untuk meneliti atau membandingkan kedua dongeng, disini akan menggunakan teori struktural.
Kata kunci: Dongeng, unsur
pembangun
A. PENDAHULUAN
Menurut
Endraswara (2011:1) Hidup ini penuh dengan proses membandingkan, terutama ketika
seseorang harus menilai sesuatu. Dalam sastra juga demikian, bandingan menjadi
hal yang selalu indah untuk diperbincangkan. Perbandingan seakan menjadi
kewajiban bagi orang yang belajar sastra. Tentu saja masalah ini tidak menjadi
monopoli pemerhati sastra tingkat lanjut, tetapi bisa juga dilakukan oleh
pemula.
Dalam hal ini karya sastra sangat erat kaitannya
dengan kritik sastra, karena kritik sastra memiliki peran sebagai jembatan
penghubung antara karya sastra dengan masyarakat penikmat sastra. Sumbangan
pikiran dan analisis kritikus yang baik bisa menimbulkan minat yang
menyala-nyala bagi pembaca-pembaca lain untuk membaca karya sastra tersebut. Kritikus
dalam hal ini dapat menjadi pemandu pembaca dalam menikmati karya sastra. Di
samping itu, kritik sastra dapat pula dijadikan alat pemandu bakat para penulis
muda dan dapat mematangkan penulis yang telah berkarya. Bahkan bagi pengarang.
Kritikus dapat menjadi propaganda yang baik untuk karya-karya mereka. Dalam
mengembangkan misinya, para kritikus dituntut memiliki rasa tanggung jawab dan
kejujuran dalam mengembangkan profesi dan kejujuran terhadap hati nurani
sendiri. Dalam hal ini sastra bandingan juga dapat digunakan untuk sarana dalam
kritik sastra.
Menurut Endraswara (2011: 1-2) Kata
“Bandingan” berasal dari kata dasar “banding” dalam konteks ini ada pula yang
menyebut sastra perbandingan. “Bandingan” berarti ‘tara atau timbangan” atau
imbangan ‘. Bandingan dapat diartikan pula membanding (to
compare) dari berbagai aspek. Adapun
sastra bandingan dapat juga dimengerti sebagai upaya membandingkan dua karya atau lebih. Istilah
sastra bandingan diartikan sebagai upaya melacak kebenaran sastra dengan cara
mensejajarkan dua karya atau lebih yang memiliki kemiripan (Endraswara, 2011: 5).
Sangat disayangkan saat ini
sastra bandingan masih sangat kurang diminati terutama di Indonesia, karena
sastra bandingan ini masih dianggap sebagai studi ilmu yang rumit, yang
memerlukan bekal dari studi ilmu yang lainnya, paling tidak kita harus mengerti
apa itu sastra, kritik sastra, sejarah sastra, dan teori sastra. Di Indonesia juga
masih sangat sedikit karyasastrawan yang menggeluti bidang sastra bandingan,
karena belum banyak jurnal, makalah, dan buku-buku sastra bandingan yang di
terbitkan di Indonesia, selain itu belum ada wadah yang menampung hasil karya
sastra di Indonesia. Sastra bandingan berusaha menggabungkan antara sastra satu
dengan satra yang lain serta antara sastra dengan bidang lain di luar sastra,
bagaimana pengaruh sastra itu bagi pengarang, pembaca, dan pengamat sastra.
Untuk itu pengkajian (bandingan) antara dua karya sastra ini mampu menambah
semangat dan menambah pengetauan tentang gambaran sastra bandingan.
Di dalam kajian ini, kami akan melakukan
perbandingan antara Dongeng Semangka Emas dari Kalimantan Barat, dengan
dongeng Shita
Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang, dari kedua
dongeng ini terdapat beberapa hal yang menarik untuk dianalisis atau
dibandingkan, baik kemiripan dari segi cerita, dan unsur-unsur yang membangun dari
dongeng Semangka
Emas dari Kalimantan Barat, dan
dongeng Shita
Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) maupun perbedaan-perbedaan yang
akan di dapatkan dari pengkajian (perbandingkan ) dua karya sastra ini.
Untuk membandingkan kedua karya
sastra ini kami akan menggunakan pendekatan struktural, pendekatan struktural
menurut Stanton (2007:22) menyebutkan bahwa analisis struktural meliputi: tema,
fakta-fakta cerita yang terdiri atas karakter, alur, dan latar, sarana-sarana
cerita terdiri atas (judul dan sudut pandang), dan amanat. Pendekatan struktural
adalah sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam pembentuk struktur.
Dalam mengkaji atau membandingkan dua
dongeng dengan menggunakan teori struktural, maka akan dicari unsur-unsur
pembangun yang terdapat dalam kedua dongeng ini yang mencakup tema, fakta
cerita (penokohan, alur, setting), sarana-sarana sastra (sudut pandang dan
amanat). Tujuan dari kajian ini adalah untuk mencari perbedaan dan persamaan
yang terdapat dalam dongeng yang berjudul Semangka Emas dari Sumatra Barat dengan Shita
Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang.
B.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Analisis Struktural Dongeng Semangka
Emas dan Shita
Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya)
1.Dongeng Semangka Emas
1.1. Tema yang terdapat dalam
dongeng ini adalah sosial, yakni saling tolong-menolong.
Hal ini terlihat ketika ada seekor burung
pipit yang sayapnya patah, kemudian Dermawan menolong burung itu, karena rasa
terimakasihnya burung pipit memberi biji buah semangka, meskipun sangat kecil Dermawan
tetap menanamnya, biji itu tumbuh subur dan berbuah, dan ketika Dermawan
membelahnya, di dalam semangka itu terdapat butiran emas yang berkilau.
Emas-emas itu bukan hanya di nikmati Dermawan sendiri tetapi juga untuk
disedekahkan.
1.2. Fakta cerita
a. Penokohan
·
Dermawan: memiliki watak suka
memberi (dermawan), suka menolong, rendah hati, tidak sombong, dan peduli
terhadap sesama.
Terbukti ketika Ayah Dermawan
membagikan harta kepada Dermawan, Dermawan rela menyedekahkan hartanya kepada
fakir miskin, karena hampir setiap hari fakir miskin meminta sedekah, harta warisan
dari ayah Dermawan habis, bukan itu saja pada suatu ketika ada seekor burung
yang sayapnya patah Dermawan dengan senang hati menolong burung itu, dan ketika
Dermawan telah menjadi orang yang kaya ia tetap rendah hati, dan memberikan
sebagian emasnya untuk disedekahkan kepada warga yang kurang mampu.
·
Muzakir: Kikir, iri hati, sombong,
rakus, tidak suka menolong, keras hati.
Terlihat pada peristiwa dimana ayah
Muzakir membagikan hartannya, Muzakir menyimpan semua uangnya di peti, ia takut
uangnya berkurang, apabila ada fakir miskin datang ia tidak mau memberi
sedekah, tetapi justru menghina fakir miskin tersebut, watak buruk Muzakir juga
terlihat ketika Muzakir mengetahui Dermawan mendapat hadiah semangka emas dari
seekor burung yang ditolongnya karena sayapnya patah, kemudian dengan sengaja
Muzakir mematahkan sayap burung dan meminta imbalan biji semangka untuk
ditanam, ia berharap biji itu menghasilkan buah yang besar yang berisi emas
melimpah.
·
Saudagar: Adil
Terlihat pada potongan cerita bahwa
sebelum Saudagar meninggal, ia membagikan hartanya secara merata (adil) kepada
kedua orang anaknya, Dermawan dan Muzakir.
·
Burung pipit: Suka menolong, tau
balas budi.
Terbukti saat burung pipit itu
terluka, karena sayapnya patah ia ditolong oleh Dermawan hingga sayapnya sembuh
dan ia dapat terbang kembali. Beberapa hari kemudian burung pipit itu kembali
menemui Dermawan dan memberi sebutir biji semangka sebagai tanda terimakasih
burung itu kepada Dermawan.
b. Alur
Alur yang terdapat dalam dongeng
ini adalah alur maju.
Terlihat
dari urutan peristiwa yang digambarkan dalam dongeng ini, yaitu dimulai dari
tahap pengenalan.Terdapat seorang saudagar yang baik hati yang mempunyai dua
putra yaitu Muzakir dan Dermawan yang keduanya mempunyai sifat yang berlainan.
Muzakir memiliki sifat yang sombong, kikir, dan serakah, sedangkan Dermawan
memiliki sifat baik hati, suka membantu,dan suka bersedekah. Kemudian
pemunculan masalah (konflik) terlihat ketika Dermawan mendapat buah semangka
emas dari seekor burung yang ditolong karena sayapnya patah, yang membuat Muzakir
iri terhadap Dermawan. Konflik meningkat ketika Muzakir mengetahui bahwa
Dermawan menjadi kaya setelah menolong burung, maka Muzakir meniru perbuatan
Dermawan dengan mematahkan sayap burung yang sengaja ia patahkan dengan sumpit.
Penyelesaian burung yang ditolong Muzakir membawakan biji lalu ia menanamnya
dengan harapan mendapatan emas seperti Dermawan tetapi yang di dapat bukan emas
namun semburan lumpur yang hitam bercampur kotoran dan berbau busuk.
c. setting
Latar atau setting dalam dongeng
ini adalah di daerah Sambas, Kalimantan Barat.
1.3. Sarana-sarana Sastra
a. Sudut pandang
Sudut
pandang dalam dongeng ini adalah orang ketiga pelaku utama. Terbukti pada
tokoh-tokoh dalam dongeng itu disebut dengan nama.
b. Amanat
Jika
kita bersikap baik kepada setiap orang maka akan datang kebaikan juga untuk
kita dan apabila kita bersikap buruk maka akan datang keburukan bagi kita. Jauhi
rasa iri hati dan sifat serakah.
2. Burung Pipit yang Terpotong
Lidahnya
2.1. Tema
Tema
dongeng ini adalah sosial yakni rasa kasih sayang dan tolong-menolong antar
mahluk .
Terlihat
dari kejadian ada seekor burung yang jatuh dari atas dahan, kemudian burung itu
ditolong oleh seorang kakek, kakek itu merawat sang burung, memberikan ramuan-ramuan
obat, membuatkan tempat tidur, kakek merawat burung hingga burung itu sembuh.
Karena setiap hari kakek bertemu burung itu kakek menjadi sangat menyayanginya,
dan karena kakek tidak memiliki seorang anak kakek mengangkat burung itu
menjadi anaknya, yang kemudian burung pipit diberi nama “Ochon”.
2.2. Fakta Cerita
a.Penokohan
1. Kakek memiliki watak baik
hati, penyayang, suka menolong, dan tidak serakah.
Terlihat ketika kakek menolong burung pipit yang
terjatuh dari atas atap, kakek merawat burung itu dengan penuh kasih sayang,
kakek merasa khawatir dengan keadaan burung pipit yang telah diusir nenek, dengan
rasa khawatir kakek mencari keberadaan burung itu, setelah melihat keadaan
burung pipit yang ternyata baik-baik saja kakek merasa sangat lega. Bukti bahwa
kakek memiliki watak tidak serakah adalah ketika Burung pipit (Ochon) yang ternyata
adalah seorang putri cantik yang bernama Suzume, memberikan sebuah kotak
sebagai bentuk rasa terimakasihnya kepada kakek yang dengan kasih sayang telah
merawatnya, kakek memilih membawa kotak yang kecil saja.
1.
Nenek memiliki watak kejam dan
serakah.
Ini
terlihat ketika Si nenek yang marah ketika mengetahui burung pipit memakan
rumput lautnya, ia lalu memotong lidah sang burung tersebut. Melihat sang kakek
yang di beri hadiah burung pipit nenek pun iri dan mendatangi burung pipit
tersebut dan memilih kotak yang paling besar dengan harapan mendapatkan hadiah
yang berisi emas yang banyak pula.
b. Alur
Alur
yang di gunakan dalam dongeng ini adalah alur maju. Rangkaian cerita dimulai
dari perkenalan tokoh sang kakek yang baik hati yang mempunyai peliharaan seekor
burung pipit. Konflik di mulai ketika burung pipit mematuk-matuk rumput laut
milik sang nenek. Konflik meningkat ketika sang nenek mengetahui bahwa sang
burung pipit mematuk-matuk rumput laut miliknya dan memotong lidah sang burung
pipit. Tahap penyelesaian sang kakek yang mengetahui burung pipit yang
menghilang setelah di potong lidahnya oleh nenek, maka kakek mencarinya dan
menemukan burung pipit di semak-semak dalam keadaan baik-baik saja dan keluarga
burung pipit mengucapkan terimakasih hingga memberikan hadiah sebuah kotak,
yang ternyata dalamnya adalah emas, karena nenek iri dengan kakek ia meminta
kotak yang lebih besar kepada burung pipit, tetapi ketika dibuka kotak itu
tidak berisi emas, melainkan berisi monster-monster yang siap menyantap nenek.
c. Setting
Latar
atau tempat dalam dongeng ini terjadi di Sungai, Hutan, dan rumah.
2.3. Sarana-sarana Sastra
a. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam dongeng ini
adalah orang ketiga pelaku utama. Hal ini terbukti pada pemunculan tokoh dalam
dongeng ini menggunakan sebutan nama orang.
b. Amanat
Amanat
yang dapat kita ambil dari dongeng tersebut adalah janganlah kita menjadi
seorang yang serakah, syukuri apa yang kita dapatkan, saling sayang-menyayangilah
bukan hanya kepada sesama manusia tetapi kepada semua makhluk di bumi.
1. Persamaan dan Perbedaan Unsur Cerita
a. Persamaan
Kedua
dongeng ini memiliki persamaan yang
pertama pada sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku
utama. Hal ini terlihat pada pemunculan tokoh yang menggunakan sebutan nama
orang. Persamaan kedua terlihat pada
alur yang mengunakan alur maju, terlihat pada tahap pengenalan ,pemunculan
konflik, konflik meningkat ( klimaks) dan penyelesaian masalah ( anti klimakas)
terjalin secara sangat runtut. Persamaan
ketiga terdapat pada tema persamaan yakni temanya tentang sosial (
tolong-menolong dan kasih sayang) yang terlihat pada
Potongan dongeng semangka
emas.
Dermawan menolong dan
merawat seekor burung pipit yang sayapnya patah hingga burung itu bisa terbang
kembali, karena Dermawan telah menolong burung pipit sebagai rasa terimakasihnya
burung pipit memberi Dermawan sebiji buah semangka, yang ternyata buah semangka
itu berisi emas yang sangat banyak, karena Dermawan adalah orang yang sangat
suka menolong ia sedekahkan sebagian harta yang ia miliki kepada fakir miskin.
Potongan cerita Sita Kiri Suzume ( Burung
pipit yang terpotong lidahnya).
Kakek menolong seekor
burung pipit yang jatuh dari atas atap, kakek merawatnya dengan penuh rasa
sayang, ia membuatkan ramuan obat dan membuatkan burung itu tempat tidur agar
burung tersebut segera sembuh dan dapat terbang kembali.
Persamaan ke empat adalah dari kedua dongeng ini mengisahkan
tentang seekor burung pipit yang terluka, sayapnya patah kemudian ada kakek dan
Dermawan yang menolong burung pipit itu higga pulih dan dapat terbang kembali,
dan setelah burung pipit pulih ia kembali kepada seseorang yang menolongnya itu
dan memberikan hadiah sebagai rasa terimakasihnya. Persamaan ke lima adalah dari kedua dongeng tersebut burung pipit
memberikan sebuah hadiah yang ternyata adalah emas. Persamaan yang keenam adalah akhir dari kedua dongeng ini keduannya
sama-sama mengisahkan tokoh jahat dan serakah yaitu Nenek dan Muzakir mengalami
musibah buruk akibat dari sifat serakahnya. Persamaan terakhir terrlihat pada amanat yakni ceritanya sama-sama
berisi tentang “janganlah kita menjadi seorang yang serakah, syukuri apa yang kita
dapatkan , saling sayang-menyayangilah bukan hanya kepada sesama manusia tetapi
kepada semua makhluk di bumi.”
b. Perbedaan
Di atas telah di paparkan banyak
kesamaan dari dongeng Semangka Emas dan Sita
Kiri Suzume ( burung pipit yang terpotong lidahnya), dari beberapa kesamaan tersebut
ada beberapa perbedaan yang dapat kita lihat. Perbedaan pertama adalah asal mula dari dongeng tersebut. Dongeng
Semangka Emas berasal dari Samba, Kalimantan Barat, sedangkan Dongeng Sita
Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya) berasal dari Jepang. Perbedaan yang kedua terlihat pada
hadiah yang diberikan burung pipit kepada seseorang yang telah menolongnya
sebagai rasa terimakasihnya, dari dongeng Semangka Emas burung itu memberikan sebuah
biji yang ternyata adalah biji buah semangka, sedangkan hadiah yang diberikan
burung pipit pada dongeng Sita Kiri Suzume berupa kotak, walaupun didalamnya
sama-sama berisi emas. Perbedaan yang ke
tiga, Pada akhir cerita tokoh jahat dan serakah yaitu Nenek dan Muzakir
menerima akibat dari keserakahan mereka pada dongeng Semangka emas Muzakir
menerima hadiah semangka yang ketika dibukak berisi semburan lumpur hitam
bercampur kotoran yang memiliki bau yang sangat busuk sedangkan pada dongeng
Sita Kiri Suzume Nenek mendapatkan hadiah kotak besar yang berisi
monster-monster yang siap melahap nenek. Perbedaan
yang terakhir adalah pada penggambaran tokoh pada kedua dongeng tersebut,
pada dongeng Semangka Emas penggambaran tokoh protagonis (baik) yang menolong
burung pipit adalah Dermawan, seorang pemuda baik, suka menolong, tidak
sombong, dan suka menolong. Tokoh antagonis (jahat) digambarkan oleh seorang
pemuda sombong, serakah, dan kikir bernama Muzakir. Sedangkan pada dongeng Sita
Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya) penggambaran tokoh
protagonis adalah eorang kakek yang tidak memiliki seorang anak, yang merasa
kesepian hidup dengan istrinya, tokoh antagonis digambarkan dengan seorang
nenek yang meskipun ia tidak memiliki anak ia memiliki sifat kejam, serakah,
dan tidak menyukai burung pipit.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini tidak hanya menganalisis mengenai unsur-unsur
pembangun dari kedua karya sastra saja, tetapi juga mengenai persamaan dan
perbedaan dari kedua karya sastra, persamaan dari kedua karya sastra ini
terletak pada sudut pandang, alur, tema, sama-sama menceritakan tentang burung
pipit, kesamaan ending cerita (akhir cerita), dan yang terakhir adalah
persamaan amanat (pesan yang ingin disampaikan dari kedua karya sastra ini.
Perbedaan yang terlihat dari kedua karya sastra ini terletak pada darimana asal
dongeng itu muncul, bentuk hadiah yang diberikan burung pipit kepada seseorang
yang menolongnya, Perbedaan yang ketiga, Pada akhir cerita tokoh jahat dan
serakah yaitu Nenek dan Muzakir menerima akibat dari keserakahan mereka pada
dongeng Semangka
emas Muzakir menerima
hadiah semangka yang ketika dibukak berisi semburan lumpur hitam bercampur
kotoran yang memiliki bau yang sangat busuk sedangkan pada dongeng Sita
Kiri Suzume Nenek
mendapatkan hadiah kotak besar yang berisi monster-monster yang siap melahap
nenek. Perbedaan yang terakhir adalah pada penggambaran tokoh pada kedua karya sastra.
Pengkajian (perbandingan) kedua karya sastra ini menggunakan pendekatan
struktural.
Daftar
Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta : Bukupop.
Lie Hendy,
http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/semangka-emas.html.diakses (selasa,14 mei 2013 ).
Rain Hima, http://www.hima-rain.web.id/2013/05/shita-kiri-suzume.html.diakses
(selasa, 14 Mei 2013).
Stanton, Robert. 2007. Teori
Fiksi Robert Stanton. Yogyakarto: Pustaka Pelajar.
Lampiran!
Dongeng Semangka
Emas
Pada zaman dahulu di sambas, Kalimantan Barat ada
seorang saudagar yang baik hati ,ia memiliki dua orang putra yang bernama
Muzakir dan Dermawan. Muzakir dan Dermawan mempunyai sifat yang sangat
berlainan. Muzakir mempunyai sifat yang kikir, sombong, rakus, dan tidak perduli
terhadap sesamanya sedangkan Dermawan memiliki sifat yang baik, suka menolong,
tidak serakah, dan ia selalu bersedekah terhadap fakir miskin, dengan harta dan
uang. Sebelum saudagar tersebut meninggal, ia membagi hartanya secara rata
tanpa membeda-bedakan. Uang bagian Muzakir disimpan di peti bila ada
orang-orang orang miskin datang ia tidak mau memberi sedekah tetapi justru
menghina orang miskin tersebut. Berbeda dengan Dermawan yang selalu menyambut
orang-orang miskin tersebut dengan senang hati dan ramah. Seiring berjalannya
waktu harta Dermawan habis untuk menyedekahi orang-orang miskin yang hampir
setiap hari datang ke rumah Dermawan untuk meminta sedekah.
Suatu ketika
Dermawan menemukan seekor burung pipit yang terluka sayapnya, burung tersebut
tampak lemah dan tidak dapat mengepakkan sayap untuk terbang. Dengan rasa iba
Dermawan pun menolong burung tersebut hingga burung tersebut dapat terbang
kembali. Untuk membalas kebaikan Dermawan burung pipit pun kembali dengan
membawa biji untuk di berikan kepada Dermawan, walaupun biji tersebut hanya
kecil Dermawan tetap menanamnya. Hingga waktu panen tiba Dermawan memetik buah
semangka yang sudah tumbuh subur dan besar tersebut kemudian ia membelahnya.
Saat ia membelah semangka besar tersebut tak disangka semangka itu berisi pasir
kuning yang merupakan emas murni. Dermawan pun mengucapkan terima kasih kepada
burung pipit itu. Kini Dermawan hidup sangat berkecukupan, meskkipun Dermawan
memiliki rumah yang besar dan hartanya melimpah tetapi ia tetap memberi sedekah
kepada orang yang membutuhkan.
Mendengar Dermawan
hidup berkecukupan dengan harta yang berlimpah, Muzakir pun iri sehingga ia
melakukan apa yang telah di lakukan Dermawan. Ia mematahkan sayap seekor burung
dengan sumpitnya dan menolong burung tersebut hingga burung tersebut dapat
terbang. Muzakir berharap dengan melakukan perbuatan seperti Dermawan ia juga
akan mendapatkan harta yang berlimpah . Hingga suatu hari burung yang di
tolongnya kembali dan member biji kepada Muzakir. Ia menamam biji tersebut dan
memanennya. Tetapi ketika Muzakir memanen semangkanya yang jauh lebih besar
dibandingkan semangka Dermawan. Bukan emas yang ia dapatkan namun semburan lumpur
hitam bercampur kotoran yang baunya busuk. http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/semangka-emas.html.
Dongeng Shita Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya)
Dahulu kala
tinggalah nenek dan kakek, namun hidup mereka kurang tanpa kehadiran seorang
anak. Suatu ketika kakek menemukan seekor burung pipit yang terjatuh dari atap
rumah. Sayap burung tersebut terluka dan burung itupun tidak dapat terbang.
Melihat burung tersebut kakek merasa iba sehingga burung tersebut di rawat dan di
berikan obat-obatan agar lekas sembuh.
Burung tersebut
juga di buatkan tempat tidur yang terbuat dari jerami. Burung tersebut di beri
nama “Ochon” sang kakek berkata kepada sang burung “maukah kau menjadi anakku?”
karena mereka bertemu setiap hari sehingga kakek sangat menyayangi burung
tersebut dan ingin ,menjadikannya anak.
Mereka bermain bersama seperti tak
terpisahkan, namun sepertinya nenek tidak menyukai kehadiran “Ochon”. Sampai
suatu ketika kakek sedang pergi ke gunung , nenek membuat tepung kanji dan
kemudian pergi ke sungai. Ochon merasa kesepian karena tidak ada seorang pun
yang menemaninya menjaga rumah, ia memakan tepung kanji yang di buat nenek.
Awalnya ia hanya menjilat-njilat tepung kanji tersebut, karena rasanya manis Ochon
pun terus-menerus menjilatnya.
Tak
lama kemudian nenek pulang dan kaget melihat tepung kanji yang telah di buatnya
berantakan. Nenek berteriak “ siapa yang memakan tepung kanjiku, pasti kamu ya
,Ochon?”. Dengan amarah yang memuncak nenek menjadi geram dan mengambil gunting
dari samping rumah . gunting tersebut di gunakan untuk memotong lidah Ochon
sebagai hukuman karena Ochon telah lancang memakan tepung kanjinya.
Ochon yang tidak
tahu apa-apa soal tepung kanji, ia pun di usir oleh nenek. Dengan berat hati
Ochon pun pergi tanpa berpamitan dengan kakek. Tak lama kemudian kakek pulang
dari gunung, ia mencari-cari Ochon “ Dimana Ochon, nek?” apakah kau
melihatnya?”. “ah, burung malang itu sudah aku usir dan aku gunting lidahnya, karena
dia telah memakan tepung kanjiku” jawab nenek”
Ochon pun tidak
kembali kerumah, hingga kakek berfikir dan akan mencarinya ke hutan dengan
berbekal tongkat dan nasi, ia pun menempuh perjalanan sangat jauh dengan
bertanya-tanya di sekeliling namun tidak ada seorang pun yang mengetahui
keberadaan Ochon.
Tibalah kakek di
suatau tempat yang ternyata tempat tinggal Ochon atau Suzume. Kakek terkejut
karena Ochon adalah jelmaan seorang puteri cantik. Melihat sang kakek Ochon pun
sangat senang karena dapat bertemu dengan kakek. Dengan perasaan bersalah atas
kejadian yang menimpa Ochon,kakek pun minta maaf kepada Ochon “Ochon maafkan
sifat nenekmu, ia telah memotong lidahmu. Apakah kau baik-baik saja?” Ochon
baik-baik saja kek, jawab Ochon”
Disuguhinya tarian
serta makanan dan minuman untuk sang kakek hingga kakek lupa untuk pulang ke
rumah. Kakek meminta izin kepada Suzume untuk pulang ke rumah. Setelah itu Suzume
atau putri memberikan hadiah sebagai rasa terimakasihnya “ kek , sebagai tanda
terimakasihku, bawalah kotak besar dan kotak kecil ini bersamamu, perintah suzume.
“Apa, aku tidak mau hadiah apapun
darimu, jawab kakek”. Tidak boleh “ bawalah salah satu kotak tersebut. “
baiklah karena aku sudah tua dan tidak mampu membawa beban berat, aku memilih
kotak kecil ini saja. jawab kakek”
Kakek pulang kerumah dengan perasaan
senang, ia bercerita kepada nenek bahwa ia telah bertemu Ochon dan di bawakan
hadiah. Kakek lalu membuka hadiah tersebut dan ternyata berisikan tumpukan
pasir emas. Melihat hal tersebut nenek pun tidak sabar dan mencari tau tempat
tinggal Ochon.
Sesampainya di
tempat Ochon, nenek pun langsung meminta hadiah kepada Ochon ,mengetahui niat
nenek Ochon pun memberiakn hadiah kepada nenek . “Ochon, mana hadiah untukku?”.
”ini nek, akan ku berikan kau kotak besar dan kotak kecil agar kau bisa
memilihnya”. Karena aku masih kuat ” aku memilih kotak besar”,jawab nenek.
Ketika nenek melakukan perjalanan
pulang, ia merasa punggungnya sakit dan nenek pun tidak sabar untuk membuka
kotak tersebut hingga di tengah perjalanan kotak tersebut di bukanya. Ketika di
bukanya keluarlah monster-monster dari kotak tersebut dan nenek pun mrnjadi
santapan monster-monster tersebut.
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/ibu-hamil-sebaiknya-kurangi-minuman.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/hobi-menyanyi-seperti-yon-koeswoyo-ini.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/jasad-bayi-ditemukan-di-tong-sampah.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!