Halaman

Jumat, 28 Februari 2014


PERBANDINGAN DONGENG SEMANGKA EMAS DENGAN DONGENG SHITA KIRI SUZUME ( BURUNG PIPIT YANG TERPOTONG LIDAHNYA) DENGAN MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL
Jumi Larasati (A310110014) dan Diah Ayu Probo L (A310110022)
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah kajian perbandingan antara Dongeng Semangka Emas dari Sumatra Barat dengan Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur pembangun dari kedua dongeng tersebut yang meliputi tema, penokohan, alur, seeting, sudut pandang, dan amanat. Penelitian di awali dengan menganalisis struktur dongeng Semangka Emas dan dongeng Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya), selanjutnya dicari apakah terdapat kesamaan dan perbedaan struktur pembangun dari kedua dongeng tersebut. Kajian ini lebih menekankan pada unsur-unsur pembangun dari kedua dongeng, jadi untuk meneliti atau membandingkan kedua dongeng, disini akan menggunakan teori struktural.
Kata kunci: Dongeng, unsur pembangun
A.    PENDAHULUAN
 Menurut Endraswara (2011:1) Hidup ini penuh dengan proses membandingkan, terutama ketika seseorang harus menilai sesuatu. Dalam sastra juga demikian, bandingan menjadi hal yang selalu indah untuk diperbincangkan. Perbandingan seakan menjadi kewajiban bagi orang yang belajar sastra. Tentu saja masalah ini tidak menjadi monopoli pemerhati sastra tingkat lanjut, tetapi bisa juga dilakukan oleh pemula.
Dalam hal ini karya sastra sangat erat kaitannya dengan kritik sastra, karena kritik sastra memiliki peran sebagai jembatan penghubung antara karya sastra dengan masyarakat penikmat sastra. Sumbangan pikiran dan analisis kritikus yang baik bisa menimbulkan minat yang menyala-nyala bagi pembaca-pembaca lain untuk membaca karya sastra tersebut. Kritikus dalam hal ini dapat menjadi pemandu pembaca dalam menikmati karya sastra. Di samping itu, kritik sastra dapat pula dijadikan alat pemandu bakat para penulis muda dan dapat mematangkan penulis yang telah berkarya. Bahkan bagi pengarang. Kritikus dapat menjadi propaganda yang baik untuk karya-karya mereka. Dalam mengembangkan misinya, para kritikus dituntut memiliki rasa tanggung jawab dan kejujuran dalam mengembangkan profesi dan kejujuran terhadap hati nurani sendiri. Dalam hal ini sastra bandingan juga dapat digunakan untuk sarana dalam kritik sastra.
Menurut Endraswara (2011: 1-2) Kata “Bandingan” berasal dari kata dasar “banding” dalam konteks ini ada pula yang menyebut sastra perbandingan. “Bandingan” berarti ‘tara atau timbangan” atau imbangan ‘. Bandingan dapat diartikan pula membanding (to compare) dari berbagai aspek. Adapun sastra bandingan dapat juga dimengerti sebagai upaya  membandingkan dua karya atau lebih. Istilah sastra bandingan diartikan sebagai upaya melacak kebenaran sastra dengan cara mensejajarkan dua karya atau lebih yang memiliki kemiripan (Endraswara, 2011: 5).
Sangat disayangkan saat ini sastra bandingan masih sangat kurang diminati terutama di Indonesia, karena sastra bandingan ini masih dianggap sebagai studi ilmu yang rumit, yang memerlukan bekal dari studi ilmu yang lainnya, paling tidak kita harus mengerti apa itu sastra, kritik sastra, sejarah sastra, dan teori sastra. Di Indonesia juga masih sangat sedikit karyasastrawan yang menggeluti bidang sastra bandingan, karena belum banyak jurnal, makalah, dan buku-buku sastra bandingan yang di terbitkan di Indonesia, selain itu belum ada wadah yang menampung hasil karya sastra di Indonesia. Sastra bandingan berusaha menggabungkan antara sastra satu dengan satra yang lain serta antara sastra dengan bidang lain di luar sastra, bagaimana pengaruh sastra itu bagi pengarang, pembaca, dan pengamat sastra. Untuk itu pengkajian (bandingan) antara dua karya sastra ini mampu menambah semangat dan menambah pengetauan tentang gambaran sastra bandingan.
Di dalam kajian ini, kami akan melakukan perbandingan antara Dongeng Semangka Emas dari Kalimantan Barat, dengan dongeng Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang, dari kedua dongeng ini terdapat beberapa hal yang menarik untuk dianalisis atau dibandingkan, baik kemiripan dari segi cerita, dan unsur-unsur yang membangun dari dongeng Semangka Emas dari Kalimantan Barat, dan dongeng Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) maupun perbedaan-perbedaan yang akan di dapatkan dari pengkajian (perbandingkan ) dua karya sastra ini.
Untuk membandingkan kedua karya sastra ini kami akan menggunakan pendekatan struktural, pendekatan struktural menurut Stanton (2007:22) menyebutkan bahwa analisis struktural meliputi: tema, fakta-fakta cerita yang terdiri atas karakter, alur, dan latar, sarana-sarana cerita terdiri atas (judul dan sudut pandang), dan amanat. Pendekatan struktural adalah sebuah struktur yang terdiri dari bermacam-macam pembentuk struktur.
Dalam mengkaji atau membandingkan dua dongeng dengan menggunakan teori struktural, maka akan dicari unsur-unsur pembangun yang terdapat dalam kedua dongeng ini yang mencakup tema, fakta cerita (penokohan, alur, setting), sarana-sarana sastra (sudut pandang dan amanat). Tujuan dari kajian ini adalah untuk mencari perbedaan dan persamaan yang terdapat dalam dongeng yang berjudul Semangka Emas dari Sumatra Barat dengan Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya) dongeng dari Jepang.

B.      HASIL DAN PEMBAHASAN
a.      Analisis Struktural Dongeng Semangka Emas dan Shita Kiri Suzume (Burung Pipit yang Terpotong Lidahnnya)
1.Dongeng Semangka Emas
1.1. Tema yang terdapat dalam dongeng ini adalah sosial, yakni saling tolong-menolong.
 Hal ini terlihat ketika ada seekor burung pipit yang sayapnya patah, kemudian Dermawan menolong burung itu, karena rasa terimakasihnya burung pipit memberi biji buah semangka, meskipun sangat kecil Dermawan tetap menanamnya, biji itu tumbuh subur dan berbuah, dan ketika Dermawan membelahnya, di dalam semangka itu terdapat butiran emas yang berkilau. Emas-emas itu bukan hanya di nikmati Dermawan sendiri tetapi juga untuk disedekahkan.
1.2. Fakta cerita
a. Penokohan
·         Dermawan: memiliki watak suka memberi (dermawan), suka menolong, rendah hati, tidak sombong, dan peduli terhadap sesama.
Terbukti ketika Ayah Dermawan membagikan harta kepada Dermawan, Dermawan rela menyedekahkan hartanya kepada fakir miskin, karena hampir setiap hari fakir miskin meminta sedekah, harta warisan dari ayah Dermawan habis, bukan itu saja pada suatu ketika ada seekor burung yang sayapnya patah Dermawan dengan senang hati menolong burung itu, dan ketika Dermawan telah menjadi orang yang kaya ia tetap rendah hati, dan memberikan sebagian emasnya untuk disedekahkan kepada warga yang kurang mampu.
·         Muzakir: Kikir, iri hati, sombong, rakus, tidak suka menolong, keras hati.
Terlihat pada peristiwa dimana ayah Muzakir membagikan hartannya, Muzakir menyimpan semua uangnya di peti, ia takut uangnya berkurang, apabila ada fakir miskin datang ia tidak mau memberi sedekah, tetapi justru menghina fakir miskin tersebut, watak buruk Muzakir juga terlihat ketika Muzakir mengetahui Dermawan mendapat hadiah semangka emas dari seekor burung yang ditolongnya karena sayapnya patah, kemudian dengan sengaja Muzakir mematahkan sayap burung dan meminta imbalan biji semangka untuk ditanam, ia berharap biji itu menghasilkan buah yang besar yang berisi emas melimpah.
·         Saudagar: Adil
Terlihat pada potongan cerita bahwa sebelum Saudagar meninggal, ia membagikan hartanya secara merata (adil) kepada kedua orang anaknya, Dermawan dan Muzakir.
·         Burung pipit: Suka menolong, tau balas budi.
Terbukti saat burung pipit itu terluka, karena sayapnya patah ia ditolong oleh Dermawan hingga sayapnya sembuh dan ia dapat terbang kembali. Beberapa hari kemudian burung pipit itu kembali menemui Dermawan dan memberi sebutir biji semangka sebagai tanda terimakasih burung itu kepada Dermawan.
b. Alur
Alur yang terdapat dalam dongeng ini adalah alur maju.
Terlihat dari urutan peristiwa yang digambarkan dalam dongeng ini, yaitu dimulai dari tahap pengenalan.Terdapat seorang saudagar yang baik hati yang mempunyai dua putra yaitu Muzakir dan Dermawan yang keduanya mempunyai sifat yang berlainan. Muzakir memiliki sifat yang sombong, kikir, dan serakah, sedangkan Dermawan memiliki sifat baik hati, suka membantu,dan suka bersedekah. Kemudian pemunculan masalah (konflik) terlihat ketika Dermawan mendapat buah semangka emas dari seekor burung yang ditolong karena sayapnya patah, yang membuat Muzakir iri terhadap Dermawan. Konflik meningkat ketika Muzakir mengetahui bahwa Dermawan menjadi kaya setelah menolong burung, maka Muzakir meniru perbuatan Dermawan dengan mematahkan sayap burung yang sengaja ia patahkan dengan sumpit. Penyelesaian burung yang ditolong Muzakir membawakan biji lalu ia menanamnya dengan harapan mendapatan emas seperti Dermawan tetapi yang di dapat bukan emas namun semburan lumpur yang hitam bercampur kotoran dan berbau busuk.
c. setting
Latar atau setting dalam dongeng ini adalah di daerah Sambas, Kalimantan Barat.
1.3. Sarana-sarana Sastra
a. Sudut pandang
Sudut pandang dalam dongeng ini adalah orang ketiga pelaku utama. Terbukti pada tokoh-tokoh dalam dongeng itu disebut dengan nama.
b. Amanat
Jika kita bersikap baik kepada setiap orang maka akan datang kebaikan juga untuk kita dan apabila kita bersikap buruk maka akan datang keburukan bagi kita. Jauhi rasa iri hati dan sifat serakah.
2. Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya
2.1. Tema
Tema dongeng ini adalah sosial yakni rasa kasih sayang dan tolong-menolong antar mahluk .
            Terlihat dari kejadian ada seekor burung yang jatuh dari atas dahan, kemudian burung itu ditolong oleh seorang kakek, kakek itu merawat sang burung, memberikan ramuan-ramuan obat, membuatkan tempat tidur, kakek merawat burung hingga burung itu sembuh. Karena setiap hari kakek bertemu burung itu kakek menjadi sangat menyayanginya, dan karena kakek tidak memiliki seorang anak kakek mengangkat burung itu menjadi anaknya, yang kemudian burung pipit diberi nama “Ochon”.


2.2. Fakta Cerita
a.Penokohan
1. Kakek memiliki watak baik hati, penyayang, suka menolong, dan tidak serakah.
Terlihat ketika kakek menolong burung pipit yang terjatuh dari atas atap, kakek merawat burung itu dengan penuh kasih sayang, kakek merasa khawatir dengan keadaan burung pipit yang telah diusir nenek, dengan rasa khawatir kakek mencari keberadaan burung itu, setelah melihat keadaan burung pipit yang ternyata baik-baik saja kakek merasa sangat lega. Bukti bahwa kakek memiliki watak tidak serakah adalah ketika Burung pipit (Ochon) yang ternyata adalah seorang putri cantik yang bernama Suzume, memberikan sebuah kotak sebagai bentuk rasa terimakasihnya kepada kakek yang dengan kasih sayang telah merawatnya, kakek memilih membawa kotak yang kecil saja.
1.      Nenek memiliki watak kejam dan serakah.
Ini terlihat ketika Si nenek yang marah ketika mengetahui burung pipit memakan rumput lautnya, ia lalu memotong lidah sang burung tersebut. Melihat sang kakek yang di beri hadiah burung pipit nenek pun iri dan mendatangi burung pipit tersebut dan memilih kotak yang paling besar dengan harapan mendapatkan hadiah yang berisi emas yang banyak pula.
b. Alur
Alur yang di gunakan dalam dongeng ini adalah alur maju. Rangkaian cerita dimulai dari perkenalan tokoh sang kakek yang baik hati yang mempunyai peliharaan seekor burung pipit. Konflik di mulai ketika burung pipit mematuk-matuk rumput laut milik sang nenek. Konflik meningkat ketika sang nenek mengetahui bahwa sang burung pipit mematuk-matuk rumput laut miliknya dan memotong lidah sang burung pipit. Tahap penyelesaian sang kakek yang mengetahui burung pipit yang menghilang setelah di potong lidahnya oleh nenek, maka kakek mencarinya dan menemukan burung pipit di semak-semak dalam keadaan baik-baik saja dan keluarga burung pipit mengucapkan terimakasih hingga memberikan hadiah sebuah kotak, yang ternyata dalamnya adalah emas, karena nenek iri dengan kakek ia meminta kotak yang lebih besar kepada burung pipit, tetapi ketika dibuka kotak itu tidak berisi emas, melainkan berisi monster-monster yang siap menyantap nenek.
c. Setting
Latar atau tempat dalam dongeng ini terjadi di Sungai, Hutan, dan rumah.
2.3. Sarana-sarana Sastra
a. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam dongeng ini adalah orang ketiga pelaku utama. Hal ini terbukti pada pemunculan tokoh dalam dongeng ini menggunakan sebutan nama orang.
b. Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari dongeng tersebut adalah janganlah kita menjadi seorang yang serakah, syukuri apa yang kita dapatkan, saling sayang-menyayangilah bukan hanya kepada sesama manusia tetapi kepada semua makhluk di bumi.
1.      Persamaan dan Perbedaan Unsur Cerita
a.      Persamaan
Kedua dongeng ini memiliki persamaan yang pertama pada sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga pelaku utama. Hal ini terlihat pada pemunculan tokoh yang menggunakan sebutan nama orang. Persamaan kedua terlihat pada alur yang mengunakan alur maju, terlihat pada tahap pengenalan ,pemunculan konflik, konflik meningkat ( klimaks) dan penyelesaian masalah ( anti klimakas) terjalin secara sangat runtut. Persamaan ketiga terdapat pada tema persamaan yakni temanya tentang sosial ( tolong-menolong dan kasih sayang) yang terlihat pada
Potongan dongeng semangka emas.
            Dermawan menolong dan merawat seekor burung pipit yang sayapnya patah hingga burung itu bisa terbang kembali, karena Dermawan telah menolong burung pipit sebagai rasa terimakasihnya burung pipit memberi Dermawan sebiji buah semangka, yang ternyata buah semangka itu berisi emas yang sangat banyak, karena Dermawan adalah orang yang sangat suka menolong ia sedekahkan sebagian harta yang ia miliki kepada fakir miskin.

Potongan cerita Sita Kiri Suzume ( Burung pipit yang terpotong lidahnya).
            Kakek menolong seekor burung pipit yang jatuh dari atas atap, kakek merawatnya dengan penuh rasa sayang, ia membuatkan ramuan obat dan membuatkan burung itu tempat tidur agar burung tersebut segera sembuh dan dapat terbang kembali.
            Persamaan ke empat adalah dari kedua dongeng ini mengisahkan tentang seekor burung pipit yang terluka, sayapnya patah kemudian ada kakek dan Dermawan yang menolong burung pipit itu higga pulih dan dapat terbang kembali, dan setelah burung pipit pulih ia kembali kepada seseorang yang menolongnya itu dan memberikan hadiah sebagai rasa terimakasihnya. Persamaan ke lima adalah dari kedua dongeng tersebut burung pipit memberikan sebuah hadiah yang ternyata adalah emas. Persamaan yang keenam adalah akhir dari kedua dongeng ini keduannya sama-sama mengisahkan tokoh jahat dan serakah yaitu Nenek dan Muzakir mengalami musibah buruk akibat dari sifat serakahnya. Persamaan terakhir terrlihat pada amanat yakni ceritanya sama-sama berisi tentang “janganlah kita menjadi seorang yang serakah, syukuri apa yang kita dapatkan , saling sayang-menyayangilah bukan hanya kepada sesama manusia tetapi kepada semua makhluk di bumi.”
b.      Perbedaan
            Di atas telah di paparkan banyak kesamaan dari dongeng Semangka Emas dan Sita Kiri Suzume ( burung pipit yang terpotong lidahnya), dari beberapa kesamaan tersebut ada beberapa perbedaan yang dapat kita lihat. Perbedaan pertama adalah asal mula dari dongeng tersebut. Dongeng Semangka Emas berasal dari Samba, Kalimantan Barat, sedangkan Dongeng Sita Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya) berasal dari Jepang. Perbedaan yang kedua terlihat pada hadiah yang diberikan burung pipit kepada seseorang yang telah menolongnya sebagai rasa terimakasihnya, dari dongeng Semangka Emas burung itu memberikan sebuah biji yang ternyata adalah biji buah semangka, sedangkan hadiah yang diberikan burung pipit pada dongeng Sita Kiri Suzume berupa kotak, walaupun didalamnya sama-sama berisi emas. Perbedaan yang ke tiga, Pada akhir cerita tokoh jahat dan serakah yaitu Nenek dan Muzakir menerima akibat dari keserakahan mereka pada dongeng Semangka emas Muzakir menerima hadiah semangka yang ketika dibukak berisi semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang memiliki bau yang sangat busuk sedangkan pada dongeng Sita Kiri Suzume Nenek mendapatkan hadiah kotak besar yang berisi monster-monster yang siap melahap nenek. Perbedaan yang terakhir adalah pada penggambaran tokoh pada kedua dongeng tersebut, pada dongeng Semangka Emas penggambaran tokoh protagonis (baik) yang menolong burung pipit adalah Dermawan, seorang pemuda baik, suka menolong, tidak sombong, dan suka menolong. Tokoh antagonis (jahat) digambarkan oleh seorang pemuda sombong, serakah, dan kikir bernama Muzakir. Sedangkan pada dongeng Sita Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya) penggambaran tokoh protagonis adalah eorang kakek yang tidak memiliki seorang anak, yang merasa kesepian hidup dengan istrinya, tokoh antagonis digambarkan dengan seorang nenek yang meskipun ia tidak memiliki anak ia memiliki sifat kejam, serakah, dan tidak menyukai burung pipit.
KESIMPULAN
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak hanya menganalisis mengenai unsur-unsur pembangun dari kedua karya sastra saja, tetapi juga mengenai persamaan dan perbedaan dari kedua karya sastra, persamaan dari kedua karya sastra ini terletak pada sudut pandang, alur, tema, sama-sama menceritakan tentang burung pipit, kesamaan ending cerita (akhir cerita), dan yang terakhir adalah persamaan amanat (pesan yang ingin disampaikan dari kedua karya sastra ini. Perbedaan yang terlihat dari kedua karya sastra ini terletak pada darimana asal dongeng itu muncul, bentuk hadiah yang diberikan burung pipit kepada seseorang yang menolongnya, Perbedaan yang ketiga, Pada akhir cerita tokoh jahat dan serakah yaitu Nenek dan Muzakir menerima akibat dari keserakahan mereka pada dongeng Semangka emas Muzakir menerima hadiah semangka yang ketika dibukak berisi semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang memiliki bau yang sangat busuk sedangkan pada dongeng Sita Kiri Suzume Nenek mendapatkan hadiah kotak besar yang berisi monster-monster yang siap melahap nenek. Perbedaan yang terakhir adalah pada penggambaran tokoh pada kedua karya sastra. Pengkajian (perbandingan) kedua karya sastra ini menggunakan pendekatan struktural.

Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta : Bukupop.

Lie Hendy, http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/semangka-emas.html.diakses (selasa,14 mei 2013 ).
Rain Hima, http://www.hima-rain.web.id/2013/05/shita-kiri-suzume.html.diakses
(selasa, 14 Mei 2013).
Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarto: Pustaka Pelajar.

















Lampiran!
Dongeng Semangka Emas
Pada zaman dahulu di sambas, Kalimantan Barat ada seorang saudagar yang baik hati ,ia memiliki dua orang putra yang bernama Muzakir dan Dermawan. Muzakir dan Dermawan mempunyai sifat yang sangat berlainan. Muzakir mempunyai sifat yang kikir, sombong, rakus, dan tidak perduli terhadap sesamanya sedangkan Dermawan memiliki sifat yang baik, suka menolong, tidak serakah, dan ia selalu bersedekah terhadap fakir miskin, dengan harta dan uang. Sebelum saudagar tersebut meninggal, ia membagi hartanya secara rata tanpa membeda-bedakan. Uang bagian Muzakir disimpan di peti bila ada orang-orang orang miskin datang ia tidak mau memberi sedekah tetapi justru menghina orang miskin tersebut. Berbeda dengan Dermawan yang selalu menyambut orang-orang miskin tersebut dengan senang hati dan ramah. Seiring berjalannya waktu harta Dermawan habis untuk menyedekahi orang-orang miskin yang hampir setiap hari datang ke rumah Dermawan untuk meminta sedekah.
Suatu ketika Dermawan menemukan seekor burung pipit yang terluka sayapnya, burung tersebut tampak lemah dan tidak dapat mengepakkan sayap untuk terbang. Dengan rasa iba Dermawan pun menolong burung tersebut hingga burung tersebut dapat terbang kembali. Untuk membalas kebaikan Dermawan burung pipit pun kembali dengan membawa biji untuk di berikan kepada Dermawan, walaupun biji tersebut hanya kecil Dermawan tetap menanamnya. Hingga waktu panen tiba Dermawan memetik buah semangka yang sudah tumbuh subur dan besar tersebut kemudian ia membelahnya. Saat ia membelah semangka besar tersebut tak disangka semangka itu berisi pasir kuning yang merupakan emas murni. Dermawan pun mengucapkan terima kasih kepada burung pipit itu. Kini Dermawan hidup sangat berkecukupan, meskkipun Dermawan memiliki rumah yang besar dan hartanya melimpah tetapi ia tetap memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan.
Mendengar Dermawan hidup berkecukupan dengan harta yang berlimpah, Muzakir pun iri sehingga ia melakukan apa yang telah di lakukan Dermawan. Ia mematahkan sayap seekor burung dengan sumpitnya dan menolong burung tersebut hingga burung tersebut dapat terbang. Muzakir berharap dengan melakukan perbuatan seperti Dermawan ia juga akan mendapatkan harta yang berlimpah . Hingga suatu hari burung yang di tolongnya kembali dan member biji kepada Muzakir. Ia menamam biji tersebut dan memanennya. Tetapi ketika Muzakir memanen semangkanya yang jauh lebih besar dibandingkan semangka Dermawan. Bukan emas yang ia dapatkan namun semburan lumpur hitam bercampur kotoran yang baunya busuk. http://folktalesnusantara.blogspot.com/2009/02/semangka-emas.html.

Dongeng Shita Kiri Suzume ( Burung Pipit yang Terpotong Lidahnya)

Dahulu kala tinggalah nenek dan kakek, namun hidup mereka kurang tanpa kehadiran seorang anak. Suatu ketika kakek menemukan seekor burung pipit yang terjatuh dari atap rumah. Sayap burung tersebut terluka dan burung itupun tidak dapat terbang. Melihat burung tersebut kakek merasa iba sehingga burung tersebut di rawat dan di berikan obat-obatan agar lekas sembuh.
Burung tersebut juga di buatkan tempat tidur yang terbuat dari jerami. Burung tersebut di beri nama “Ochon” sang kakek berkata kepada sang burung “maukah kau menjadi anakku?” karena mereka bertemu setiap hari sehingga kakek sangat menyayangi burung tersebut dan ingin ,menjadikannya anak.
Mereka bermain bersama seperti tak terpisahkan, namun sepertinya nenek tidak menyukai kehadiran “Ochon”. Sampai suatu ketika kakek sedang pergi ke gunung , nenek membuat tepung kanji dan kemudian pergi ke sungai. Ochon merasa kesepian karena tidak ada seorang pun yang menemaninya menjaga rumah, ia memakan tepung kanji yang di buat nenek. Awalnya ia hanya menjilat-njilat tepung kanji tersebut, karena rasanya manis Ochon pun terus-menerus menjilatnya.
            Tak lama kemudian nenek pulang dan kaget melihat tepung kanji yang telah di buatnya berantakan. Nenek berteriak “ siapa yang memakan tepung kanjiku, pasti kamu ya ,Ochon?”. Dengan amarah yang memuncak nenek menjadi geram dan mengambil gunting dari samping rumah . gunting tersebut di gunakan untuk memotong lidah Ochon sebagai hukuman karena Ochon telah lancang memakan tepung kanjinya.
Ochon yang tidak tahu apa-apa soal tepung kanji, ia pun di usir oleh nenek. Dengan berat hati Ochon pun pergi tanpa berpamitan dengan kakek. Tak lama kemudian kakek pulang dari gunung, ia mencari-cari Ochon “ Dimana Ochon, nek?” apakah kau melihatnya?”. “ah, burung malang itu sudah aku usir dan aku gunting lidahnya, karena dia telah memakan tepung kanjiku” jawab nenek”
Ochon pun tidak kembali kerumah, hingga kakek berfikir dan akan mencarinya ke hutan dengan berbekal tongkat dan nasi, ia pun menempuh perjalanan sangat jauh dengan bertanya-tanya di sekeliling namun tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan Ochon.
Tibalah kakek di suatau tempat yang ternyata tempat tinggal Ochon atau Suzume. Kakek terkejut karena Ochon adalah jelmaan seorang puteri cantik. Melihat sang kakek Ochon pun sangat senang karena dapat bertemu dengan kakek. Dengan perasaan bersalah atas kejadian yang menimpa Ochon,kakek pun minta maaf kepada Ochon “Ochon maafkan sifat nenekmu, ia telah memotong lidahmu. Apakah kau baik-baik saja?” Ochon baik-baik saja kek, jawab Ochon”
Disuguhinya tarian serta makanan dan minuman untuk sang kakek hingga kakek lupa untuk pulang ke rumah. Kakek meminta izin kepada Suzume untuk pulang ke rumah. Setelah itu Suzume atau putri memberikan hadiah sebagai rasa terimakasihnya “ kek , sebagai tanda terimakasihku, bawalah kotak besar dan kotak kecil ini bersamamu, perintah suzume.
“Apa, aku tidak mau hadiah apapun darimu, jawab kakek”. Tidak boleh “ bawalah salah satu kotak tersebut. “ baiklah karena aku sudah tua dan tidak mampu membawa beban berat, aku memilih kotak kecil ini saja. jawab kakek”
Kakek pulang kerumah dengan perasaan senang, ia bercerita kepada nenek bahwa ia telah bertemu Ochon dan di bawakan hadiah. Kakek lalu membuka hadiah tersebut dan ternyata berisikan tumpukan pasir emas. Melihat hal tersebut nenek pun tidak sabar dan mencari tau tempat tinggal Ochon.
Sesampainya di tempat Ochon, nenek pun langsung meminta hadiah kepada Ochon ,mengetahui niat nenek Ochon pun memberiakn hadiah kepada nenek . “Ochon, mana hadiah untukku?”. ”ini nek, akan ku berikan kau kotak besar dan kotak kecil agar kau bisa memilihnya”. Karena aku masih kuat ” aku memilih kotak besar”,jawab nenek.
Ketika nenek melakukan perjalanan pulang, ia merasa punggungnya sakit dan nenek pun tidak sabar untuk membuka kotak tersebut hingga di tengah perjalanan kotak tersebut di bukanya. Ketika di bukanya keluarlah monster-monster dari kotak tersebut dan nenek pun mrnjadi santapan monster-monster tersebut.

1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/ibu-hamil-sebaiknya-kurangi-minuman.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/hobi-menyanyi-seperti-yon-koeswoyo-ini.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/jasad-bayi-ditemukan-di-tong-sampah.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus