RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMA NEGRI 1 GEMOLONG
Jenis Teks : Teks Anekdot
Tema/Sub Tema : Kritik dan Humor Dalam Layanan Publik
Kelas/Semester :
X/Semester 1
Waktu : 1x pertemuan (15 Menit)
Hari : Selasa
1.
Kompetensi Inti
KI-1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.
KI-2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (gotong-royong, kerjasama, toleren, damai) santun, responsive, dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, procedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
II. Kompetensi Dasar dan Indikator
KD 1.1 Mensyukuri anugrah Tuhan
akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan
konteks untuk mempersatukan bangsa.
KD 2.1 Menunjukkan sikap tanggung
jawab, peduli, responsive, dan santun, dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakkan
publik.
KD 3.1
Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur
kompleks, dan negoisasi baik melalui lisan maupun tulisan.
KD 3.3
Menganalisis teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan
negoisasi baik melalui lisan maupun tulisan.
INDIKATOR: 3.1
a.
Mensyukuri anugrah Tuhan akan
keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks
untuk mempersatukan bangsa.
b.
Menunjukkan sikap tanggung jawab,
peduli, responsive, dan santun, dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk
membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakkan
publik.
c.
Memahami teks anekdot baik
melalui lisan maupun tulisan dengan bertanggung jawab.
d.
Menentukan struktur, ciri-ciri
teks anekdot dan kaidah teks anekdot dengan bertanggung jawab.
e.
Menganalisis teks anekdot.
III. Tujuan Pembelajaran
a.
Selama dan setelah proses
pembelajaran, siswa dapat mensyukuri anugrah Tuhan atas keberadaan bahasa
Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
b.
Selama dan setelah proses
pembelajaran, siswa memiliki dan menunjukkan sikap tanggung jawab peduli,
responsif dan santun, dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot
mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakkan publik.
c.
Setelah membaca teks anekdot dan
mendiskusikannya, siswa dapat memahami struktur dan kaidah teks anekdot, baik
melalui lisan maupun tulisan.
d.
Setelah berdiskusi dan berlatih,
siswa dapat menganalisis teks anekdot dengan karakteristik teks yang akan
dibuat baik secara lisan, maupun tulisan.
IV. Materi Pembelajaran
a. Struktur dan kaidah teks anekdot.
b. Ciri-ciri teks anekdot.
V. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
a. Media: Buku guru dan siswa, teks anekdot.
b. Alat: LCD,
proyektor, kertas Hvs, papan tulis, spidol
c. Sumber: Kemendikbud.
2013. Bahasa
Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:Kemendikbud.
VI. Pendekatan dan Metode
a.
Pendekatan: Scientific
b.
Strategi: Active Learning
c.
Metode: Inkuiri, diskusi, tanya jawab, penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
a.
Peserta didik menjawab salam
dari guru, berdoa, dan mengkondisikan diri siap belajar.
b.
Guru mempresensi peserta didik.
c.
Guru dan peserta didik melakukan Tanya jawab
berkenaan dengan materi yang akan dibahas.
d.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
3’
|
Kegiatan
Inti
a. Mengamati
b. Menanya
c. Mencoba/eksperimen
d. Menalar
e. Membentuk jaringan/
mengkomunikasikan
|
Eksplorasi
1.
Peserta didik mengamati teks
anekdot berjudul “KUHP”
2.
Peserta didik mencatat struktur
teks anekdot ynag telah ditampilkan oleh guru.
3.
Peserta didik melakukan Tanya
jawab dan mencatat materi yang dianggap penting berkaitan dengan apa yang
telah dibaca dalam contoh teks anekdot.
Elaborasi
1.
Guru membagikan contoh teks
anekdot kepada peserta didik.
2.
Guru membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok.
3.
Peserta didik secara berkelompok
membaca,dan memahami teks anekdot.
4.
Peserta didik secara berkelompok
menganalisis teks anekdot dengan menentukan definisi, ciri, kaidah, dan
tujuan teks anekdot.
5.
Peserta didik menulis hasil
diskusi mengenai definisi, ciri, kaidah, dan tujuan anekdot pada selembar
kertas.
6.
Salah satu kelompok melaporkan hasil
diskusinya.
Konfirmasi
|
9’
|
Penutup
|
1.
Guru mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah berlangsung.
2.
Siswa bersama guru menyimpulkan
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
3.
Guru menyampaikan tugas yang
harus dikerjakan siswa di rumah
4.
Guru menutup pembelajaran dan
mengajak siswa untuk berdo’a .
5.
Guru mengucapkan salam penutup.
|
3’
|
VIII. Penilaian (Instrumen
Penilaian terlampir)
1. Penilaian Sikap
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
1. Penilaian Sikap
N0
|
Aspek yang Dinilai
|
Teknik
Penilaian
|
Waktu
Penilaian
|
Jnstrumen
Penilaian
|
Keterangan
|
1
|
Religius
|
Pengamatan
|
Proses
|
||
2
|
Tanggung Jawab
|
||||
3
|
Peduli
|
||||
4
|
Responsif
|
||||
5
|
Santun
|
2.
Penilaian Pengetahuan
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
1.
Memahami
teks anekdot.
|
Tes tertulis
|
1. Paparkan pengertian teks
anekdot !
|
2.
Menyebutkan
ciri-ciri teks anekdot
|
Tes tertulis
|
2. Sebutkan ciri-ciri dalam
teks anekdot!
|
3.
Menyebutkan
struktur yang terdapat pada teks anekdot.
|
Tes tertulis
|
3. Sebutkan
struktur teks anekdot!
|
4.
Menyebutkan
isi teks anekdot “KUHP dalam anekdot”.
|
Teks tertulis
|
4. Sebutkan isi teks anekdot
dari tema ”KUHP dalam anekdot”!
|
Jawaban
1.
Anekdot ialah cerita singkat
yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau
terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada pengertian lain bahwa
anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan
yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun
tidak harus orang penting.
Selain itu, teks anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang
membuat jengkel atau konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel
dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari
pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai
dan gagal.
2. Adapun cirri-ciri teks anekdot memiliki struktur anekdot, mengandung
kritik, dibuat dalam bentuk lelucon, cerita singkat dan menarik, tidak harus
didasarkan pada kenyataan
3. Sruktur yang terdapat dalam anekdot terdiri dari abstraksi,orientasi,
krisis, reaksi, koda
4. KUHP yang diplesetkan menjadi Kasih Uang Habis Perkara
3. Penilaian Keterampilan
SOAL
Susunlah sebuah teks anekdot
dengan tema “Pelayanan di Sekolah”!
No
|
Kriteria Penilaian Teks Anekdot
|
Skor 1-5
|
1.
|
Kesesuaian isi dengan tema
|
|
2.
|
Kesesuaian struktur dalam teks anekdot
|
|
3.
|
Pemakaian bahasa (baik, benar,sopan, kreatif)
|
|
4.
|
Kemampuan mengkritisi fenomena kebijakan publik
|
|
5.
|
Kemampuan dalam memunculkan bahasa humor dalam teks
|
Surakarta,
Reviewer Jumi Larasati
( ) ( )
LAMPIRAN MATEERI PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT
Pengertian Anekdot
Anekdot ialah cerita singkat yang
menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang penting atau
terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada pengertian lain bahwa
anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada
kenyataan yang terjadi di masyarakat. Yang menjadi partisipan atau pelaku di
dalamnya pun tidak harus orang penting.
Selain itu, teks
anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol
bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu
merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman
dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal.
Ciri-ciri Teks Anekdot
Adapun cirri-ciri teks anekdot
memiliki struktur anekdot, mengandung kritik, dibuat dalam bentuk lelucon,
cerita singkat dan menarik, tidak harus didasarkan pada kenyataan
KUHP DALAM ANEKDOT
Contoh Anekdot 1:
1 Seorang dosen fakultas hukum suatu
universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa
saja.
2 Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali
bertanya kepada pak dosen. “Apa kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak menjawab
sendiri, melainkan melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab
pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan tegas Ahmad menjawab,
“Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
3 Mahasiswa lain tentu tertawa,
sedangkan pak dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya menambahkan
pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?”
Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas, “Peribahasa Inggris
mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!” Semua mahasiswa di
kelas itu tercengang. Mereka berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa
terbahak-bahak.
4 Gelak tawa mereda. Kelas kembali
berlangsung normal.
C. Struktur Teks
Anekdot.

D. Contoh Anekdot 2
ANEKDOT HUKUM
PERADILAN
1 Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti
bukan negara kita) ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi
dia membawa barang dagangan ke pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati
jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk
jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda
beserta dagangannya hanyut.
2 Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima
karena mendapat kerugian gara-gara jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka
melaporkan kejadian itu kepada hakim untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar
dihukum dan
Gambar 4.2 Timbangan sebagai simbol keadilan115
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
memberi uang ganti
rugi. Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada
polisi.
3 Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan.
Hakim memanggil si Pembuat Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan
tentu protes dan tidak terima. Ia menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang
menyediakan kayu untuk bahan jembatan itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang
Kayu.
4 Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu
bertanya kepada hakim, “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba
dipanggil ke persidangan?” Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan kamu
sangat besar. Kayu yang kamu bawa untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan
rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum dan mengganti segala kerugian si
Tukang Pedati.” Si Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu permasalahannya, ya,
jangan salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang
jelek.” Yang Mulia Hakim berpikir, “Benar juga apa yang dikatakan si Tukang
Kayu ini. Si Penjual Kayu inilah yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang
jelek untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai
pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya!” Pergilah si Pengawal menjemput si Penjual Kayu.
5 Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke
hadapan hakim. “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang
pengadilan ini?” kata si Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangat
besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan
yang dibuatnya tidak kukuh dan menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang
dagangannya dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, “Kalau itu
permasalahannya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang
menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah memberi kayu
yang jelek kepada si Tukang Kayu itu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual
Kayu itu. “Hai pengawal bawa si Pembantu ke hadapanku!” Maka si Pengawal pun
menjemput si Pembantu.
6 Seperti halnya orang yang telah
dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si Pembantu pun bertanya kepada hakim
perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi penjelasan tentang kesalahan si
Pembantu yang menyebabkan tukang pedati kehilangan kuda dan dagangannya
sepedati. Si Pembantutidak secerdas tiga orang yang telah dipanggil terlebih
dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang memuaskan sang Hakim.
Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus dihukum dan memberi ganti
rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, “Hai, Pengawal, masukkan si
Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang juga!”
7 Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya
kepada si Pengawal, ”Hai, Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?” Si
Pengawal menjawab, ”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.”
Sang Hakim bertanya, “Mengapa sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan
menyita uang orang?” Si Pengawal menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu
badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena
terlalu sempit dan si Pembantu itu tidak punya uang untuk disita.” Sang
Hakim marah besar, “Kamu bego amat! Gunakan dong akalmu, cari pembantu si
Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan punya uang!” Kemudian, si Pengawal mencari
pembantu si Penjual Kayu yang lain yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
8 Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan
punya uang bertanya kepada hakim, “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba
sehingga harus dipenjara?” Dengan entengnya sang Hakim menjawab,
“Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!!!”
9 Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus,
dan punya uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim
bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut,
”Saudara-saudara semua, bagaimanakah menurut pandangan kalian, peradilan ini
sudah adil?” Masyarakat yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!”